//
Lihat selengkapnya
Arsip Lengkap >>

Tradisi Lomban


Hari ketiga syawal karimunjawa telah di padati para tamu wisata.Lebih dari seribu orang datang dari berbagai penjuru nusantara dan manca negara.Semua homestay dan hotel penuh di boking pelancong,stok sayur dan ikan masih belum normal.

636fe-kmpmuria1jepara-karimunjawaMeskipun KMP Muria tidak berhenti berlayar,namun para bakul sayur yang rata-rata dari luar karimunjawa masih belum membawa barang dagangannya ke karimunjawa.Akibatnya pasokan sayur dan lauk utamanya daging,ayam,tempe tahu pengganti ikan belum tampak di pasar karimunjawa.Sementara nelayan belum bisa menurunkan perahunya.Tradisi lebaran yang kuat di masyarakat karimunjawa agaknya sedikit membawa dampak pada ketersediaan bahan makanan yang di sajian untuk menu makan wisata.Tak heran sebagian dari beberapa penginapan tidak bersedia menerima tamu wisata pada saat hari raya idul fitri.Selain karena keinginan yang kuat untuk berlebaran bersama keluarga besarnya dari luar karimunjawa,juga karena alasan kerepotan dalam hal cateringnya.Dua hari penuh,rata-rata masyarakat jarang memasak.Waktunya bener-bener di gunakan untuk silaturrohmi.Menu makan yang di makan selama lebaran tersebut biasanya adalah lontong,buras,gogos,dan nasi lemak.Lauknya biasanya justru bukan ikan laut,tapi sambal,opor ayam,bumbu petis,telur dan daging.

Lontong mungkin tak asing lagi bagi masyarakat karimunjawa pada umumnya.Tetapi buras dan gogos,masih belum banyak yang mengenalnya.Jenis makanan ini seperti halnya makanan lemper dan lontong yang keduanya di bungkus dari daun pisang,dan terbuat dari beras dan santan kelapa,serta di bungkus memanjang menggunakan daun pisang lalu di bakar.Buras berbeda dari lemper dan perbedaanya pada isinya di mana lemper terbuat dari bahan beras ketan yang di bungkus daun pisang dan di bagian tengah biasanya berisi daging abon atau daging giling.Buras di buat dari beras,biasanya biasanya yang di campur dengan santan kelapa dan di bungkus daun pisang serta di rebus,hanya buras tengahnya tidak ada isinya.Buras dan gogos biasanya di makan dengan menggunakan sejenis sambal cair seperti pasta yang bisa terbuat campuran bahan kacang atau lainnya.Cara mengkonsumsimnya dengan di cocolkan pada sambal tersebut,sehingga rasanya ada pedas,gurih dan sedap.Pendek kata sampai hari ketiga lebaran,masyarakat karimunjawa jarang yang makan nasi seperti hari-hari biasanya dan ikan laut benar-benar langkah di pasaran.Baru setelah “LOMBAN” para nelayan menjalani aktivitasnya secara normal,ikanpun pasti ada.

cb43f-perahutradisionalkarimunjawaLomban adalah salah satu budaya yang masih terpelihara di karimunjawa.Kegiatan ini di awali pada hari keempat setelah lebaran.Para nelayan sibuk menghias perahunya,setidaknya mereka merapikan dan mengecek kondisi perahu yang akan yang akan di gunakan untuk lombanan.Kapan tradisi ini mulai ada,tak seorangpun yang tau secara pasti,namun berdasarkan keterangan dari tetua-tetua,sejak jaman perahu belum bermesin kegiatan semacam inipun sudah di lakukan.Hanya bedanya pada jaman perahu layar,para nelayan harus benar-benar teliti menyiapkan perahunya.mengecek body perahu,layar,pembaon,penggiling dan penimbang.Nah pada hari kelima mereka biasanya beramai-ramai menggosok ,mengecat,dan menghias perahunya.Tepat sepekan lebaran,perahu di bariskan rapi di pelabuhan rakyat masyarakat karimunjawa.Dulu perahu yang akan mengikuti lomban benar-benar mendaftar dan di data.apa nama perahunya,siapa juru mudinya,berapa dan siapa saja ABK-nya.Tentu siapa saja yang ikut menumpang.Hampir semua masyarakat ikut perahu,tempat bersandarpun telah di tentukan di pantai ujunggelam.Keberangkatanpun di atur secara berundi,belum ada perahu bermesin saat itu semua perahu layar.Di sinilah para nelayan beradu ketangkasan oleh gerak kapal tanpa mesin,perahu yang paling laju,indah dan atraktif,akan mendapatkan pujian (tidak ada hadiah waktu itu).Hanya sebuah penghargaan dan ejekan dari sesama kawan,perahu yang lajunya lambat akan menjadi bulan-bulanan biasanya itu di lempar-lempari ketupat dan lepet dari penumpang perahu temen-temen yang lain.Lomban memang tidak bisa di pisahkan dengan ketupat,para ibu-ibu membawa ketupat dan lepet serta jajanan lebaran.mungkin ketupat di mana-mana sama.Ketupat merupakan makanan khas,karena pembuatanya memang khusus,yakni beras di masukan ke dalam anyaman janur (daun kelapa yang masih muda) lantas di masak ,rasanya-pun khas tidak seperti nasi,meski bahan mentahnya sama dari beras.

a97b4-19372_1215496593792_1420153641_30635439_4448133_nIMG_2676Meskipun lomban di karimunjawa tidak seramai seperti di jepara,rembang,tayu dan juwana (pati),serta beberapa tempat pantura lainnya,tapi kesan kekeluargaan yang di tampilkan berbeda.Para ibu seolah-olah menggelar daganganya yang rata-rata adalah ketupat,lepet dan panganan lebaran seperti buras,gogos,dll.Mereka antusias menawarkan setiap orang yang lewat untuk mampir ke tendanya,saling kunjung dari tenda satu ke tenda lainnya.dari rombongan perahu satu ke rombongan lainnya.Tidak ada pertunjukan dangdut atau band,tidak ada pedagang kaki lima atau bakul mainan seperti kebanyakan di tanah jawa.Hanya ada beberapa kegiatan lomba anak-anak dan panjat pinang ambyuran yang di selenggarakan panitia,dan memanjat pinang ambyuran di selenggarakan di bibir pantai.Pesert yang gagal memanjat,akan jatuh ke laut lalu berenang dan memanjat lagi.Saatnya lapar dan haus tinggal singgah aja ke tenda,tidak peduli tenda siapapun,makan minum sepuasnya gratis tanpa bayar.Suasana ini yang di gunakan sebagai media silaturrohmi antara warga masyarakat yang belum berkesempatan jumpa di hari lebaran.Selain itu momen ini juga di gunakan rekreasi masal seluruh warga,karena hampir semuanya datang ke tempat lomban.Pada saat lomban kampung-kampung di karimunjawa justru sangat sepi,nyaris tanpa penghuni.Rupanya tidak hanya di jawa saja,membludaknya pengunjung lombanan boleh jadi di karenakan lomban sebagai bentuk tradisi yang hanya ada satu tahun sekali.Kelangkaan ini dapat saja mengakibatkan rasa rindu masyarakat  begitu memuncak dan kelepasan termuntahkan serentak pada saat lomban.Hanya saja di karimunjawa sini beda,pengunjung yang datang ke lomban bukan sekedar untuk mencari kemeriahan hiburan,tetapi cenderung mencari kemeriahan tradisi dan spiritual.

legon lele masjid karimunjawa IMG_4164 IMG_4957

Acara puncak ritual lomban adalah selamatan dan larungan.Panitia menyediakan beberapa kambing yang akan di potong dan akan di masak bersama di tempat itu juga.yaaa,,,semacam dapur umum di tempat terbuka.Para pemuda membantu menguliti,mencicang daging dan mengolahnya,sementara sebagian ibu-ibu sibuk mempersiapkan bumbu dan menanak nasi.Tepat setelah sholat dhuhur,kambing gulingpun matang,lalu pak modinpun memukul gong,tanda selamatan di mulai.Semua warga kumpul,berbaris tertib di sepanjang pantai.Setelah prosesi selamatan dan doa di laksanakan,seluruh warga menikmati makan siang bersama.Inilah yang jarang di temukan di daerah lain,keakraban dan kekeluargaan warga yang sangat masih kental,sangat kuat menjadikan tradisi ini tetap lestari dan di rindukan.Acara di akhiri dengan melarung kepala kambing atau kerbau ke laut.Tradisi lomban di karimunjawa memiliki ikatan budaya yang kuat dengan beberapa kegiatan serupa di daerah perdesaan pantura.Ikatan tersebut,tampak sekali kita hubungkan dengan istilah “BODO CILIK” (kecil),_(pati,kudus,rembang),sebuah tradisi yang di tandai dengan saling mengantarkan kupat dan lepet kepada tetangga.Bodo cilik sendiri mungkin dapat di tafsirkan lebaran kecil,kupat dan lepet sendiri merupakan suatu ungkapan (sanepo) “KULO NGATURAKEN LEPAT” merupakan menefestasi permohonan maaf.Tradisi ini mungkin awalnya juga berakar dari tradisi lomban kupatan seperti halnya yang terjadi di karimunjawa sekarang.Hanya saja karena tidak semua tempat di pedesaan tersebut berdekatan dengan pantai,maka cukup dengan mengantarkan ketupat dan lepetnya saja.Tidak saling kunjung dari satu tenda ke tenda yang lain.Semarak silaturahmi bersama seluruh warga di pantai leluhur pada saat sepekan setelah lebaran ini di anggap sebagai perwujudan “bodo kecil” oleh sebagian masyarakat di pantura.Meskipun di beberapa tempat di lambangkan dengan saling mengantarkan ketupat dan lepet.Tradisi yang sama juga dapat kita saksikan di jepara dengan istilah lomban kupatan,yang tiap tahunnya di kunjungi oleh ribuan orang dari berbagai penjuru,Seiring dengan menungkatnya pengunjung lomban kupatan di berbagai daerah seperti jepara,Tayu,Juana dan Rembang,maka mulailah bergeser dari lomban sebagai sebuah tradisi untuk bersilaturrahmi para warga yang kebetulan saat lebaran belum berjumpa.Menjadi sebuah fakta hiburan dan komoditas wisata.Entah benar atau tidak,namun saya percaya bahwa ritual tradisi lomban kupatan dan bodo kecil di berbagai daerah berakar dari budaya masyarakat karimunjawa.Faktanya lomban merupakan tradisi pesta nelayan.Keaslian budaya dan roh silaturahmi dari kegiatan lomban itu sendiri sampai sekarang masih melekat erat dan tumbuh subur dalam tradisi kehidupan masyarakat nelayan karimunjawa.Belum terkontaminasi dengan dunia hiburan,benar-benar murni ritual masyarakat nelayan yang di laksanakan sepekan setelah lebaran.Mungkinkah pesta lomban merupakan budaya asli masyarakat karimunjawa? Yang jelas lomban kupatan dan bodo kecil merupakan tradisi yang tak bisa di pisahkan dengan kehidupan masyarakat nelayan di sana.

Nara sumber
Pakdhe Kundhori karimunjawa.

 


About alvinstours

Karimunjawa son, Jepara, Central Java, Indonesia The never succumb to fate. Thrown in the froth Karimunian Paradise Millineum era, Abstinence surrender to fate. Persistent pursue indigenous ripple breath. Hedonism that I cherished

Diskusi

Komentar ditutup.

OPERATOR KARIMUNJAWA
Mr BOWO (Tour Guide)
y - Copy (2)
Yang tak pernah mengalah dengan takdir.Terlempar dalam buih karimunian paradise era millineum,pantang berserah pada nasib.Gigih menekuni riak nafas pribumi,Hedonisme yang ku agungkan.
My Rainbow Text - http://www.myrainbowtext.com


. desa jatikerep rt:01
rw:04 karimunjawa
kode pos:59455

. jl.solo km 10 n0 17
yogyakarta 55571
Tlp/fax :0274-4986735_6892470

Google Translate